Di Tanah Israel : Uzia Menderita Kusta

Bacaan hari ini: 2 Tawarikh 26:1-23 | Bacaan setahun: 1 Petrus 4, Mazmur 33-35



“Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.” (2 Tawarikh 26:16)

 

Uzia menggantikan Amazia sebagai raja. Dengan dukungan rakyat Yehuda, ia memperkuat kerajaan Yehuda. Uzia mendirikan banyak menara di padang gurun, menggali banyak sumur untuk rakyatnya. Dalam bimbingan imam Zakharia, ia mencari Allah dan hidup benar di mata Allah. Dalam 52 tahun pemerintahannya, daftar prestasinya mengesankan: menang perang melawan orang Filistin, merobohkan tembok-tembok Gat, Yabneh dan Asdod (orang-orang Filistin), membangun kota-kota untuk bangsanya, menyuruh orang Amon membawa upeti kepadanya, membangun menara, menggali banyak sumur untuk ternak miliknya yang jumlahnya begitu luar biasa, menyewa petani dan pengrajin karena ia cinta yang berkaitan dengan tanah, dan memiliki pasukan yang terdiri dari orang- orang yang setia kepadanya. Dalam semuanya ini, “Allah menolongnya,” (ayat 7) dan “nama raja itu termasyhur sampai ke negeri-negeri yang jauh, karena ia ditolong dengan ajaib sehingga menjadi kuat” (ayat 15).

Tetapi, kegemilangan prestasinya ini memimpin Uzia hidup mencintai keinginan daging. Akar dosa yang menggerogotinya adalah kesombongan diri atau tinggi hati. Tinggi hati merupakan dosa yang harus kita waspadai. Penulis Amsal memberi nasihat, ”kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan” (Ams 16:18). Uzia juga merasa layak sama seperti imam. Di sini ia tidak lagi melihat otoritas Tuhan. Ini karena ia merasa dirinya lebih penting dan lebih kuat. Hal ini merupakan keberanian yang konyol. Saat itu juga ada kusta di dahinya. Mengapa di dahi? Sebab orang Yahudi mengikat di dahi dan tangan sebagai lambang kesetiaan pada perjanjian. Dahi menunjukkan wibawa seseorang. Mahkota Uzia saat itu menjadi kusta, bukan emas atau lainnya, tanda kutukan Tuhan.

Firman Tuhan harus senantiasa ada dalam hati dan nyata dalam sikap hidup kita. Ketika dikuasai kesombongan, saat itulah Uzia mulai mengalami degradasi rohani, gairahnya kepada hal-hal rohani mulai padam. Kita perlu waspada dan berjaga-jaga, agar hati dan sikap hidup kita tidak dikuasai oleh kesombongan yang membawa kita pada kehancuran.

STUDI PRIBADI: Mengapa imam Azarya dan para imam lainnya menentang Uzia (17-18)? Apa yang membuat Uzia marah dan apa hukuman Allah kepadanya (19-22)?

Pokok Doa: Berdoa bagi setiap umat Allah dan setiap diri kita sendiri, supaya kita juga memiliki kerendahan hati saat berdoa kepada Allah.

Sharing Is Caring :