Bayang-bayang Mundur 10 Tapak

Bacaan hari ini: 2 Raja-Raja 20:1-10 | Bacaan setahun: 1 Petrus 3, Mazmur 31-32



“Firman-Nya: Lalu berserulah nabi Yesaya kepada TUHAN, maka dibuat-Nyalah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak, yang sudah dijalani bayang-bayang itu pada penunjuk matahari buatan Ahas.” (2 Raja-Raja 20:11)

 

Dikisahkan, Allah mengizinkan Raja Hizkia mengalami sakit parah. Yesaya menyampaikan sabda Allah: tidak akan terjadi kesembuhan baginya dan dia akan segera mati. Mendengarnya, Hizkia kemudian menaikkan doa yang justru dipandang oleh Tuhan. Mungkin bagi kita, doa Hizkia ini nampak angkuh, karena meminta Allah melihat kehidupannya yang benar di hadapan Allah. Tapi, bukan itu maksud Hizkia menaikkan doa.

Pertama, Hizkia menyebutkan “ingatlah,” yang mana sebenarnya ini mengungkapkan keberserahan Hizkia kepada belas kasihan Allah untuk memperhitungkan hidupnya sesuai kedaulatan Allah. Hizkia sadar dia tidak bisa menuntut untuk didengar Allah, untuk itu dia memakai kata “ingatlah”, yang menggambarkan kerendahan hatinya agar Allah berbelas kasihan. Kedua, Hizkia tidak mengada-ada ketika menyebut telah hidup di hadapan Tuhan dengan setia, tulus hati, dan melakukan apa yang baik di mata-Nya. Ini adalah integritas hidup yang nyata dan pernah dilakukan Hizkia. Oleh sebab itu, Hizkia memohon Allah jika boleh memperhitungkan masa-masa hidup ia berhasil menjaga integritas. Ketiga, ketika bertanya, “Apakah yang akan menjadi tanda bahwa TUHAN akan menyembuhkan aku dan bahwa aku akan pergi ke rumah TUHAN pada hari yang ketiga?” menunjukan komitmennya hidup melayani Allah, bahkan sebelum Hizkia tahu bahwa dia akan benar-benar disembuhkan oleh Allah. Doa dan sikap hati Hizkia yang seperti ini diperhitungkan oleh Allah.

Selain itu, ketika diperhadapkan pilihan Yesaya atas tanda dari Tuhan, Hizkia memilih agar bayang-bayang yang disebabkan matahari bergerak mundur 10 tapak. Pilihan ini menunjukan iman yang teguh kepada Allah, berpusat kepada Allah yang berdaulat, berbelas kasihan, dan yang mampu mengerjakan apa yang mustahil. Apa kita mengungkapkan permohonan kita dengan menyadari karakter dan karya Allah yang ajaib, ataukah sesuai keinginan dan cara kita? Dengan cara berdoa yang benar maka Allah akan memperbaharui hati kita untuk menaikkan doa-doa dengan memandang pada identitas dan karya Allah yang besar, bukan kepada ego kita.

STUDI PRIBADI: Sudahkah kita mengutamakan kehendak Allah di dalam setiap doa kita kepada Allah? Apakah kita senantiasa mengutamakan kedaulatan Allah dalam doa kita?

Pokok Doa: Berdoalah bagi pertumbuhan kerohanian setiap umat Tuhan, supaya mereka semakin menyadari betapa penting memiliki cara berdoa yang benar di hadapan Allah.

Sharing Is Caring :