Yunus Bebas Dari Perut Ikan

Bacaan hari ini: Yunus 2:1-10 | Bacaan setahun: 2 Petrus 3, Mazmur 42-43



“Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!” (Yunus 2:9)

 

Kisah Yunus diawali dengan panggilan Tuhan kepadanya agar pergi ke Niniwe, sebuah kota yang besar, untuk menyerukan pesan Allah oleh sebab kejahatan mereka. Tetapi menarik sekali bagaimana panggilan ini tidak diresponi dengan sikap seorang nabi yang segera pergi menjalankan tugasnya. Justru, Firman Tuhan mencatat bagaimana Yunus bersiap, bukan untuk pergi ke Niniwe melainkan melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Itulah yang Yunus lakukan. Singkat cerita, ketika Yunus naik kapal pergi ke Tarsis, Tuhan menurunkan angin ribut sehingga terjadi badai besar dan kapal yang ditumpanginya hampir terpukul hancur, akhirnya setelah kena undi, dilemparlah Yunus ke laut. Namun demikian, kisah Yunus belum berakhir, atas penentuan Tuhan ditulis bahwa seekor ikan besar datang menelan Yunus dan Yunus pun tinggal di perut ikan itu.

Di perut ikan lah, Yunus memiliki waktu untuk berdiam dan berefleksi, dan ia menyadari akan dosanya. Di tengah kepengapan, ketakutan yang mencekam, Yunus berdoa dan berseru kepada Tuhan, “telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?” (ayat 14). Satu jeritan penyesalan dan permohonan agar ia bisa diterima kembali, agar ia diperkenan kembali melayani-Nya. Di dalam perut ikan lah, Yunus diperhadapkan pada kemahakuasaan Tuhan sehingga membuatnya bertekuk lutut dan pada akhirnya lahirlah ucapan syukur dan tekad untuk membayar nazarnya kepada Tuhan. Dan akhirnya Tuhan pun memerintahkan ikan besar itu untuk memuntahkan Yunus.

Pernahkah kita menyadari, Tuhan memiliki cara yang unik dan pribadi dalam menghadapi setiap anak-Nya, setiap orang diperlakukan secara berbeda dan khusus, yang pasti kasih dan kemurahan-Nya selalu besar bagi setiap kita. Ketika kita memberontak, mulai tidak taat, bebal dan mulai lari dari kehendakNya, Tuhan mengijinkan “ikan-ikan besar” untuk menelan kita sehingga kita bisa kembali ke hadapan-Nya. Ketika itu terjadi, kiranya kita bisa seperti Yunus yang berkata, ”Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan…” (ayat 7).

STUDI PRIBADI: Mengapa Yunus melarikan diri dari panggilan Tuhan? Mengapa Tuhan tidak membiarkan Yunus binasa, bahkan memerintahkan ikan besar untuk menelannya?

Berdoalah: Berdoalah agar jemaat diberikan hati yang mau taat pada firman Tuhan dan diberikan kerendahan hati untuk senantiasa mau introspeksi diri dan diperbaharui oleh Tuhan.

Sharing Is Caring :