Seorang Tukang Kayu

“’Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?’ Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.” (Markus 6:3)



Ayat Lectio Divina: Markus 6:2-3 | Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 20:33-35

Perkembangan modern sering memiliki kriteria yang sangat luar biasa sehingga manusia modern sangat terpacu untuk mencapai status dan kompetensi tertentu dalam kehidupan mereka. Oleh sebab itu, kita seringkali menemukan orang yang tidak menghargai kehidupan seseorang karena status dan kompetensinya tidak sesuai harapan pada umumnya.

Tuhan Yesus mulai melayani, menurut aturan Yahudi, yaitu pada umur 30 tahun. Tuhan Yesus boleh secara resmi melayani di Sinagoge di hari Sabat. Karena itu tidak heran di beberapa catatan Injil lainnya, mengisahkan bahwa Tuhan Yesus mengajar di Sinagoge dan memberikan pengajaran-Nya. Dan, Tuhan Yesus sangat bagus, bahkan lebih bagus daripada para ahli Taurat dalam hal mengajar. Sebab itu, ada banyak orang yang takjub mendengar pengajaran dari Tuhan Yesus. Hal ini tentu membuat para pemimpin agama tidak suka dengan kehadiran Tuhan Yesus, karena orang-orang lebih suka mendengarkan dari Tuhan Yesus daripada dari mereka. Maka mereka mulai mempertanyakan status dan jati diri Tuhan Yesus sebagai anak dari seorang tukang kayu. Mereka memakai alasan itu untuk menjatuhkan reputasi Yesus, agar tidak diberikan kesempatan untuk mengajar lagi. Karena dari asal usul inilah mereka akan menilai ajaran Yesus, sah atau tidak, termasuk mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, benar atau tidak! Sebab itu dalam Markus 15:10 dikatakan bahwa Pilatus tahu, “Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki.”

Sebagai orang percaya, tentu kita pun diperhadapkan dengan pilihan, mau mengikuti pendeta atau tokoh rohani siapa. Kita bisa saja menolak orang tersebut, tetapi bukan karena kelahiran atau statusnya, melainkan karena cacat moral yang diketahui secara umum. Kita tentu tidak mau mengikuti seorang pendeta yang “mata duitan”, pernah bercerai, atau menjadi pelanggar hukum. Sebelum pendeta tersebut bertobat dengan jelas, maka dirinya tidak berhak memimpin jemaat dan tidak boleh memberitakan firman Tuhan. Itulah poin penting yang harus dipahami bahwa hidup seseorang bukan bergantung pada penampilan fisik (gelar atau status sosial), melainkan pada hati, karakter dan kesaksian hidupnya.

STUDI PRIBADI: Apa standar kita dalam mengikuti jejak seorang yang kita kagumi? Apakah kita rindu menjadi teladan bagi orang di sekitar kita, sehingga nama Tuhan dipermuliakan?

Pokok Doa: Berdoa bagi kehidupan masyarakat di Indonesia agar terpacu untuk memberikan contoh kehidupan yang baik dan benar. Para Pemimpin melaksanakan tugasnya memimpin dan melayani masyarakat dengan baik.

×

Markus 15 : 10

10 Ia memang mengetahui, bahwa imam-imam kepala telah menyerahkan Yesus karena dengki.

×

Lukas 2 : 46-47

46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.

47 Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya.

×

Kejadian 17 : 9

9 Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.

×

Imamat 12 : 3

3 Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu.

×

Wahyu 7 : 17

17 Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."

×

1 Yohanes 4 : 10

10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

×

1 Yohanes 4 : 11

11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

×

1 Yohanes 4 : 12-17

12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.

14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.

15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.

16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.

×

1 Yohanes 4 : 18

18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

×

1 Yohanes 4 : 20a

20a Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta,

×

1 Yohanes 4 : 20b

20b karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Sharing Is Caring :