Perempuan Susila

Bacaan hari ini: Amsal 11, Bacaan setahun: Keluaran 39-40, Markus 9

“Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak Susila.” (Pro 11:22 ITB)

Amsal Salomo dalam pasal 11 banyak menyoroti tentang kehidupan orang benar serta berkat-berkatnya, dan sebaliknya, orang fasik dengan penghukumannya. Namun dalam ayat yang ke 22, tiba-tiba muncul tema tentang perempuan cantik amoral yang dianalogikan seperti anting-anting emas yang tidak ada gunanya karena dikenakan pada jungur babi. Sebuah sarkasme.

Secara etimologis (asal kata), kata perempuan juga berakar erat dari kata “empuan”, dipendekkan menjadi “puan” sebagai “sapaan hormat pada perempuan”, pasangan kata tuan “sapaan hormat pada lelaki”. Seharusnya perempuan mendapat tempat yang sangat terhormat, namun pada bacaan hari ini justru menggambarkan bagaimana rendahnya seorang perempuan karena tidak memiliki tata krama atau kehidupan moral yang baik, atau tidak bijaksana (discretion).

Kecantikan bukan tidak baik, banyak sekali tokoh Alkitab yang memiliki kecantikan luar biasa, Ester misalnya. Tetapi, kecantikan tanpa adab dan kesantunan merusak tatanan; keelokan tanpa takut akan Tuhan menjadi kesia-siaan. Lemuel dalam Amsalnya berkata, “Paras yang manis tak dapat dipercaya, dan kecantikan akan hilang; tetapi wanita yang taat kepada TUHAN layak mendapat pujian” (Pro. 31:30 BIS), maka kecantikan batiniah jauh lebih berharga daripada kecantikan lahiriah. Takut akan Tuhan ada di atas segalanya, daripada kemolekan. Alkitab menempatkan perempuan pada posisi terhormat, itu sebabnya perempuan percaya harus menjadi teladan dalam keluarga, gereja, dan lingkungan. Pada masa pelayanan Yesus dan gereja mula-mula, bahkan pada zaman Yesus melayani, banyak perempuan berkontribusi besar bagi majunya pelayanan, misal Yohana istri Khuza yang melayani dengan kekayaan mereka (Luk. 8:3), atau Lidya si penjual kain ungu di Filipi yang menampung Paulus dan membantu upaya pemberitaan Injil (Kis. 16:14-15), Louise dan Eunike yang dihormati Paulus karena berperan besar dalam pertumbuhan iman Timotius (2 Tim 1:5). 

STUDI PRIBADI: Sebagai perempuan, apa peran Anda dalam pertumbuhan iman? Sebagai laki-laki, bagaimana Anda menempatkan seorang perempuan? Bagaimana gereja Anda berperan memajukan peran perempuan didalam gereja/pelayanan?

Pokok Doa: Berdoalah bagi ibu dan perempuan di dalam komunitas gereja, agar mereka senantiasa bertumbuh di dalam iman dan karakternya supaya dapat menjadi berkat di lingkungan keluarga, gereja dan masyarakat.