Pedang Bermata Dua

Bacaan hari ini: Ibrani 4:1-13 | Bacaan setahun: Keluaran 9-11, Matius 24


“Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibrani 4:12)

 

Betapapun kuat dan sehatnya manusia, dia tetap memerlukan waktu untuk beristirahat dari segala kegiatannya. Oleh sebab itu, Tuhan mengatur dunia ini sedemikian rupa, sehingga manusia memiliki waktu untuk beristirahat sejenak. Tetapi lebih dari itu, Tuhan menjanjikan sebuah tempat peristirahatan/perhentian yang khusus. Perhentian yang Tuhan janjikan ini bukan hanya untuk di dunia ini, tetapi juga di sorga kelak. Ketika memasuki perhentian yang terakhir ini, maka segala penderitaan, kesukaran dan dukacita dalam dunia akan berhenti, ini adalah Sabat atau hari ketujuh yang kekal, tetapi akan ada hukuman bagi orang yang gagal memasukinya. Frasa “baiklah kita waspada” diucapkan untuk menunjukkan kengerian hukuman Allah, jika ketinggalan atau gagal masuk tempat perhentian.

Supaya tidak gagal memasuki tempat perhentian itu, kita tidak boleh menjauh dari firman Allah yang hidup. Firman Allah akan menjadi penentu siapa saja yang akan memasuki perhentian itu. Karena Firman Allah di sini adalah sebagai instrumen penghakiman yang menentukan keselamatan atau penghukuman. Firman Allah ini memiliki kemampuan lebih tajam dari pedang bermata dua yang menembus bagian terdalam dari seseorang. Pedang ini akan memisahkan apa yang bersifat roh dan apa yang bersifat kedagingan dalam diri orang percaya. Setiap orang percaya memiliki kesempatan untuk menanggapi firman Tuhan dengan benar, sebab sudah mengetahui konsekuensi dari kegagalan menaati firman.

Dalam bagian ini, penulis meminta kehati-hatian dan kewaspadaan setiap orang percaya supaya jangan seperti Israel yang tertinggal dan tidak masuk ke dalam perhentian kekal. Sebab kepada mereka, pertama kali diperdengarkan Firman yang hidup itu, tetapi tidak mereka imani. Firman itu seperti hakim yang menilai tindakan kita, menyaring motif kita dan menjaga tutur kata kita. Jika kita telah menerima firman yang hidup maka harusnya kita menghidupkan firman itu dalam kehidupan sehari-hari.

STUDI PRIBADI:
(1) Apakah setiap kita sudah menjadi bagian dari tempat perhentian yang disediakan oleh Tuhan?
(2) Apakah yang harus dilakukan ketika mendengar firman Tuhan yang hidup?

Pokok Doa : Berdoalah supaya setiap kita dapat terus waspada dan menjaga agar firman itu tetap hidup di dalam diri kita, dan orang lain bisa melihatnya melalui diri kita.  

Sharing Is Caring :