Bacaan hari ini: Pengkhotbah 7:1-8:1 Bacaan setahun: Bilangan 27-28, Lukas 20
“Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.” (Pengkhotbah 7:1)
Pengkhotbah 7
Hikmat yang benar
Bilangan 27
Hak waris bagi anak-anak perempuan
Bilangan 28
Korban pagi dan korban petang
Lukas 20
Pertanyaan mengenai kuasa Yesus
Membahas kitab Pengkhotbah menjadi semakin menarik ketika tahu bahwa kitab ini ditulis Salomo pada masa tuanya. Alkitab mencatat kejayaan Salomo pada masa mudanya, kehidupan yang glamor, dll.; bisa dikatakan bahwa secara dunia tingkat hidup terbaik, kenikmatan tertinggi, sudah Salomo dapatkan dan rasakan. Namun ketika membaca Pengkhotbah 7, seolah-olah nadanya sangat sinis.
Pertama dikatakan, “Nama harum lebih baik dari pada minyak wangi (perfume, NIV), dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.” Melalui ayat ini, pengkhotbah mau mengingatkan kita, bahwa hidup adalah terbatas, pelan tetapi pasti kita akan menghadapi kematian, kita pasti akan meninggalkan dunia ini. Baik Anda orang kaya ataupun miskin, terpelajar ataupun tidak, kita tidak mungkin bisa lari darinya. Karena itu, ketika Anda sudah tidak ada lagi, apa yang bisa Anda wariskan kepada anak cucu, dan keluarga?
Berikutnya dikatakan, “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.” Pada masa surut seperti ini, Salomo melihat kembali perjalanan hidupnya dan menuangkan pengalamannya dalam kitab Pengkhotbah ini. Jauh lebih bijak apabila kita datang ke rumah duka; di rumah duka kita diingatkan bahwa hidup manusia terbatas, sekarang kita datang menghibur mereka yang berduka, mungkin suatu hari nanti kitalah yang terbaring kaku di sana dan kelurga kita yang perlu dihibur dan dikuatkan atas kepergian kita.
Dari refleksi inilah Salomo ingin mengajak setiap kita bisa hidup bijak, selama masih ada waktu, pakailah hidup ini dengan baik, jangan habiskan masa muda hanya untuk hidup foya-foya, hanya untuk kenikmatan dunia saja. Janganlah sampai seperti penulis kitab Pengkhotbah, ketika semua sudah berlalu, semua sudah berakhir, ia baru sadar, mau memperbaiki. Tetapi sudah tidak bisa, hidup hanya sekali, tidak bisa diulang. Karena itu, jadilah orang bijak.
STUDI PRIBADI : Apa yang menjadi penekanan penting yang dimaksudkan Pengkhotbah dalam pasal 7 ini ?
Pokok Doa : Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar memiliki hikmat yang berasal dari Tuhan, untuk hidup di tengah-tengah dunia ini sehingga memakai setiap kesempatan dan anugerah Tuhan dengan baik dan bertanggung jawab.