Najis Menjadi Suci

“Maka seorang yang tahir haruslah mengumpulkan abu lembu itu dan menaruhnya pada suatu tempat yang tahir di luar tempat perkemahan, supaya semuanya itu tinggal tersimpan bagi umat Israel untuk membuat air pentahiran; itulah penghapus dosa.” (Bilangan 19:9)



Bacaan hari ini: Bilangan 19 | Bacaan setahun: Bilangan 19

Belakangan ini banyak kita mendengar berita tentang pencabulan atau pemerkosaan. Hal yang miris, beberapa pelakunya ternyata adalah pemuka agama. Salah satunya terjadi di Bandung. Tentu hal yang tidak senonoh ini bisa dilakukan siapa saja. Bukan hanya orang non-Kristen, sebab orang Kristen pun tidak kebal terhadap perilaku najis dan tidak kudus ini.

Kitab Bilangan 19 ini membahas tentang penyiapan dan penggunaan abu yang harus dibubuhkan ke dalam air pentahiran. Sebelumnya umat mengeluhkan ketatnya hukum, yang melarang mereka untuk mendekat ke Kemah Suci (17:13). Sebagai jawaban keluhan ini, mereka diperintahkan untuk mentahirkan diri mereka, supaya mereka dapat mendekat ke Kemah Suci sejauh mereka perlu dan tanpa harus merasa takut. Ketentuan yang harus dilakukan oleh umat yaitu menyiapkan abu, dengan cara membakar seekor lembu betina merah, dan menyiapkan sebuah upacara besar (ay. 1- 10). Tujuan penggunaan abu itu sendiri adalah untuk mentahirkan orang-orang dari kecemaran akibat terkena mayat (ay. 11-16). Abu itu pun harus dimasukkan ke dalam air mengalir (dalam jumlah sedikit), yang dengannya orang yang akan dibersihkan harus ditahirkan dulu (ay. 17-22). Upacara penahiran ini merupakan bayangan dan gambaran dari dibersihkannya hati nurani orang-orang percaya dari kecemaran-kecemaran dosa. Ini tampak dari penjelasan sang rasul (Ibr. 9:13-14), di mana ia membandingkan percikan darah Kristus yang mampu menguduskan hati nurani, seperti “percikan abu lembu muda yang menguduskan mereka yang najis.”

Allah menghendaki bangsa Israel bahkan kita orang percaya di masa kini untuk hidup kudus dan menjauhi segala kenajisan. Kita harus sungguh-sungguh hidup kudus dan tidak menajiskan diri dengan dosa, baik itu dalam hal perkataan maupun tindakan kita. Oleh karena itu, pengorbanan Yesus Kristus yang terjadi sekali untuk selamanya, menjadi kekuatan kita untuk menghadapi segala cobaan dan godaan dunia ini.

STUDI PRIBADI: Menurut Bilangan 19, jelaskan proses penahiran yang wajib dilakukan umat waktu itu! Bagaimana refleksi kehidupan “najis menjadi suci” dapat kita praktikan dalam menghadapi godaan dan cobaan dalam kehidupan?

Pokok Doa: Berdoalah bagi rumah tangga Kristen, khususnya pasangan suami-istri. Supaya baik suami maupun istri, mampu menjaga kekudusan hidup di tengah terpaan godaan dunia yang semakin kuat. 

Sharing Is Caring :