Makna Hakiki Dari Waktu

Bacaan hari ini: Pengkhotbah 3, Bacaan setahun: Bilangan 19-20, Lukas 16

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” (Pengkhotbah 3:11)

 

Alkisah seorang lelaki berjalan melewati peternakan babi. Tetibanya, dia berhenti dan mengamati sebuah adegan yang tidak biasa. Sang peternak mengangkat babi kecil peliharaannya ke pohon apel yang berbuah lebat, sehingga babi itu dapat makan apel langsung dari pohon. Sang peternak dengan sabar mengangkat babi dari satu apel ke lainnya, hingga babi itu kenyang. Setelah kenyang, sang peternak menggendong kembali ke kandang, mengulangi proses yang sama dengan babi lainnya. Sang pengamat dengan heran terus mengamati, sampai akhirnya dia tidak tahan. Dihampirinya sang peternak dan berkata, “Ini adalah cara memberi makan babi paling tidak efisien yang pernah kulihat! Bayangkan, berapa waktu bisa dihemat, Anda menggoyang pohon itu sampai buahnya jatuh semua–dan mereka langsung memakannya di tanah!” Peternak itu terdiam dan akhirnya menjawab, “Apa artinya waktu bagi seekor babi?”

Mungkin kita sepakat dengan sang pengamat, mungkin kita sepakat dengan sang peternak, atau sangat mungkin kita pun ikut bingung. Sang pengamat tentu saja telah memberi masukan yang benar kepada sang peternak, sementara sang peternak telah berkilah dengan benar pula – bahwasanya babi tidak memahami makna waktu.

Pengkhotbah 3 merupakan sebuah karya sastra Ibrani yang artistik. Peristiwa kehidupan dipadukan sekaligus dipertentangkan untuk dapat melukiskan makna hakiki dari waktu. Bahwasanya untuk segala sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi — ada waktunya. Semua akan mengalami dan tidak ada yang dapat mengelak. Mungkin hal ini nampak tidak adil. Tetapi keadilan sejati bukan bersumber dari logika kita yang terbatas. Tuhan Allah yang menguasai serta menentukannya, manusia tidak dapat memahami sempurna rancangan-Nya (Pkh. 3:11b).

Sadarilah bahwa kehidupan kita bersumber dari Tuhan Allah; hanya kepada-Nya kita dapat menyerahkan harapan kita. Marilah kita mengisinya dengan bijaksana, — mencari dan melakukan kehendak-Nya, menghitung dan mensyukuri betapa limpah pemeliharaan-Nya.

STUDI PRIBADI :  
(1) Pernahkah Anda bersyukur untuk waktu yang lewat?
(2) Sudahkah Anda meminta hikmat Roh Kudus, agar dapat mengisi waktu sesuai dengan kehendak-Nya?

Pokok Doa: Berdoa memohon agar Roh Kudus membuka mata rohani kita serta menganugerahkan hikmat Ilahi, agar kita dapat selalu bersyukur untuk segala yang terjadi dan dapat mengisi waktu kita sesuai kehendak-Nya.