“Sebab setiap orang yang melakukan hal yang demikian, setiap orang yang berbuat curang, adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.” (Ulangan 25:16)
Bacaan hari ini: Ulangan 25 | Bacaan setahun: Ulangan 25
Ulangan 25
Menentang kekerasan yang sewenang-wenang
1 “Apabila ada perselisihan di antara beberapa orang, lalu mereka pergi ke pengadilan, dan mereka diadili dengan dinyatakannya siapa yang benar dan siapa yang salah,
2 maka jika orang yang bersalah itu layak dipukul, haruslah hakim menyuruh dia meniarap dan menyuruh orang memukuli dia di depannya dengan sejumlah dera setimpal dengan kesalahannya.
3 Empat puluh kali harus orang itu dipukuli, jangan lebih; supaya jangan saudaramu menjadi rendah di matamu, apabila ia dipukul lebih banyak lagi.
4 Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik.”
Tentang kawin dengan isteri saudara yang telah mati
5 “Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar.
6 Maka anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel.
7 Tetapi jika orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua serta berkata: Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang Israel, ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku.
8 Kemudian para tua-tua kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan dia. Jika ia tetap berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia sebagai isteri–
9 maka haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya sambil menyatakan: Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau membangun keturunan saudaranya.
10 Dan di antara orang Israel namanya haruslah disebut: Kaum yang kasutnya ditanggalkan orang.”
Larangan berbuat biadab
11 “Apabila dua orang berkelahi dan isteri yang seorang datang mendekat untuk menolong suaminya dari tangan orang yang memukulnya, dan perempuan itu mengulurkan tangannya dan menangkap kemaluan orang itu,
12 maka haruslah kaupotong tangan perempuan itu; janganlah engkau merasa sayang kepadanya.”
Sukatan dan timbangan yang benar
13 “Janganlah ada di dalam pundi-pundimu dua macam batu timbangan, yang besar dan yang kecil.
14 Janganlah ada di dalam rumahmu dua macam efa, yang besar dan yang kecil.
15 Haruslah ada padamu batu timbangan yang utuh dan tepat; haruslah ada padamu efa yang utuh dan tepat–supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.
16 Sebab setiap orang yang melakukan hal yang demikian, setiap orang yang berbuat curang, adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.”
Amalek harus dihapuskan
17 “Ingatlah apa yang dilakukan orang Amalek kepadamu pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir;
18 bahwa engkau didatangi mereka di jalan dan semua orang lemah pada barisan belakangmu dihantam mereka, sedang engkau lelah dan lesu. Mereka tidak takut akan Allah.
19 Maka apabila TUHAN, Allahmu, sudah mengaruniakan keamanan kepadamu dari pada segala musuhmu di sekeliling, di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki sebagai milik pusaka, maka haruslah engkau menghapuskan ingatan kepada Amalek dari kolong langit. Janganlah lupa!”
Teks Ulangan 25 secara umum berisikan sekumpulan peraturan yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan, etika sosial dan perintah penutup untuk memusuhi suku Amalek. Sebagai masyarakat yang hidup secara komunal, keberadaan hukum/aturan menjadi sangat penting, sebagai kesepakatan untuk menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam bermasyarakat. Tujuan serupa juga dibutuhkan Israel, khususnya mereka adalah bangsa yang baru keluar dari perbudakan Mesir.
Sayangnya, kondisi finansial yang berbeda mendorong perilaku yang berbeda pula. Beberapa lebih memilih untuk mendahulukan kepentingan dan kesejahteraannya sendiri dengan berbuat licik ketika berdagang. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan dua macam alat timbangan tanpa diketahui konsumen mereka. Ukuran yang lebih besar digunakan untuk membeli, sedangkan ukuran yang lebih kecil untuk menjual. Tindakan ini jelas merupakan sebuah kekejian bagi Allah (Mik. 6:11; Ams. 16:11). Yesus pun mengungkapkan sikap tercela tersebut, sekaligus menggambarkan karakter dan sikap hati mereka di hadapan Allah (Mat. 5:37). Segala sesuatu yang melanggar kekudusan Allah tentu berasal dari si jahat.
Hal yang menarik adalah hukum ini berujung pada sebuah janji yang sama dengan perintah menghormati orang tua (Kel. 20:12). Hal tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa hukum dirancang Allah bukan hanya untuk menciptakan keteraturan, tetapi juga menunjukkan karakter dan hati Allah. Dengan demikian, umat Israel tidak perlu menerka-nerka apa yang menjadi isi hati Allah. Budaya mencari keuntungan sendiri atas nama strategi dan trik pemasaran sebenarnya masih cukup marak pada zaman ini.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa Allah memandang serius pelanggaran sekecil apapun, sebab itu bertentangan dengan kekudusan-Nya. Marilah kita berusaha selalu memandang Kristus dan kekudusan-Nya dalam setiap hal yang kita lakukan. Selain itu, marilah kita meminta belas kasihan Tuhan untuk dapat melihat hati-Nya dalam setiap perintah yang Ia ingin kita kerjakan.
STUDI PRIBADI: Bagaimana sikap hati kita menyikapi perintah dan larangan yang tertulis dalam Alkitab? Sebagai pewahyuan isi hati Tuhan, dan melakukannya dengan sukacita?
Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan menghibur serta memampukan setiap anak Tuhan untuk dapat menghidupi dan menikmati setiap firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.