Kejahatan Menyatukan Mereka

Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 22:30-23:11 | Bacaan setahun: Ayub 20-22, Ibrani 1


“Tetapi Imam Besar Ananias menyuruh orang-orang yang berdiri dekat Paulus menampar mulut Paulus.” (Kisah Para Rasul 23:2)

 

Pada dasarnya, orang Farisi dan orang Saduki tidak mungkin bisa bersatu, karena pandangan agama dan politiknya bertolak belakang. Orang Saduki adalah kaum bangsawan, kelompok orang kaya yang memiliki kekuasaan dan mendominasi kursi anggota majelis Sanhedrin. Mereka lebih suka berhubungan dengan orang kaya dan pejabat. Secara politik, orang Saduki adalah pendukung pemerintah Roma. Secara agama, mereka tidak percaya adanya kebangkitan orang mati, tidak percaya adanya hidup kekal, dan tidak percaya adanya malaikat ataupun Iblis.

Sedangkan orang Farisi kebanyakan adalah pengusaha kelas menengah, yang lebih sering berinteraksi dengan rakyat kecil. Orang Farisi percaya kepada firman Allah, namun juga memberi otoritas yang sama bagi berbagai tradisi dan seiring waktu tradisi-tradisi ini ditambahkan ke dalam Firman Tuhan dan otoritasnya dianggap sama dengan firman Tuhan. Dalam konsep agama, mereka percaya Allah berdaulat penuh, percaya pada kebangkitan orang mati, kehidupan kekal, percaya adanya malaikat dan Iblis.

Paulus sangat memahami situasi pengadilan agama yang sedang mengadili dia. Dengan cerdik ia memanfaatkan perbedaan pandangan agama antara orang Saduki dan orang Farisi, ia memecahkan persatuan para anggota Mahkama Agama Yahudi saat itu. Paulus mengatakan bahwa ia ditangkap dan diperhadapkan ke pengadilan agama adalah semata-mata karena pandangannya yang mengharapkan kebangkitan orang mati. Ia menempatkan diri sebagai orang Farisi yang menjadi korban. Ini tentu memancing rasa iba orang Farisi dan akhirnya mempersalahkan kelompok Saduki. Paulus mengatakan seperti ini juga tidak salah, karena ia memang mengharapkan kebangkitan Kristus yang menjadi inti dan kekuatan dari pemberitaan Injilnya. Paulus sangat cerdik dan penuh hikmat. Akhirnya pengadilan itu jadi kacau, terbelah jadi dua kelompok, tidak ada keputusan. Yang bisa kita pelajari dari bacaan hari ini adalah, setiap kesepakatan jahat harus dihadapi dengan tenang, dan jangan lupa meminta hikmat Tuhan.

STUDI PRIBADI : Apa yang menjadi inti pembelaan Paulus ketika diperhadapkan di dalam pengadilan Agama pada saat itu?

Pokok Doa : Berdoalah agar setiap jemaat tetap bersandar dan berpegang teguh pada keyakinan yang dimilikinya dan hidup taat sesuai dengan Firman Tuhan, Amin.  

Sharing Is Caring :