Jangan Tangisi Aku

Bacaan hari ini: Lukas 23:26-43 | Bacaan setahun: Hakim-Hakim 15-16, Kisah Para Rasul 12


“Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: Hai putri-putri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” (Lukas 23:28)

 

Banyak orang yang meneteskan air mata setiap melihat film tentang penderitaan Yesus; mulai dari Dia ditangkap, diolok-olok, dicambuk, hingga tubuh penuh luka, berjalan jatuh bangun memikul salib yang berat, ditancapkan mahkota duri di kepala-Nya, tangan dan kaki dipakukan hingga harus digantung berjam-jam di atas kayu salib dan akhirnya mati. Kita tidak menyaksikan secara langsung, namun kita bisa membayangkan betapa sakit dan menderitanya Yesus. Emosi kita tersentuh, kita menitikkan air mata bahkan mungkin berucap, “Sungguh kasihan Tuhan Yesus, Ia tidak berdosa sama sekali tapi harus menderita begitu rupa.”

Saat Yesus berjalan memikul salib yang berat, hingga akhirnya Simon dari Kirene menggantikan memikul salib itu, ada banyak perempuan yang mengikuti Yesus sambil menangis dan meratapi Yesus. Mengapa mereka menangis dan meratapi Yesus? Mereka begitu sedih dan berempati melihat penderitaan Yesus. Salahkah mereka menangisi Yesus? Tentunya, mereka jauh lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang berteriak, “Salibkan Dia!” ataupun tentara Romawi yang tanpa perasaan terus menyiksa Yesus. Namun mengapa Yesus tidak memuji para perempuan itu, bahkan Tuhan menegur mereka? Kata-Nya: “Janganlah kamu menangisi Aku…” Memang, Tuhan harus mengalami semua penderitaan itu untuk menyelamatkan kita, manusia berdosa dan itulah tujuan Yesus datang ke dunia.

Yesus berkata, “…melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anak- mu!” Di sini, Tuhan Yesus ingin mengingatkan satu hal yang lebih penting daripada menangisi diri-Nya, yaitu supaya mereka menangisi dosa mereka yang telah menyedihkan hati Tuhan dan membuat Tuhan mati di kayu salib. Pada saat mereka menangis menyadari dosa mereka, itu akan membawa kepada pertobatan dan kesadaran bahwa mereka membutuhkan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.

Tidak cukup hanya tersentuh emosi kita karena melihat penderitaan Yesus, maka marilah dengan kesadaran penuh menangisi dosa kita, mohon pengampunan Tuhan, bertobat dan mengalami pembaharuan hidup.

STUDI PRIBADI :
(1) Mengapakah Yesus menegur perempuan-perempuan yang meratapi-Nya?
(2) Apa yang Anda rasakan saat melihat, merenungkan penderitaan Tuhan Yesus?

Pokok Doa : Berdoalah agar setiap umat Tuhan dapat menyadari akan dosa-dosanya, bertobat segera dan mengalami pembaharuan hidup sehingga apa yang dikerjakannya memuliakan nama Tuhan. 

Sharing Is Caring :