Hupokrites

Bacaan hari ini: Lukas 13:10-21 | Bacaan setahun: Ulangan 13-14, Yohanes 7


“Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?” (Lukas 13:15)

 

Seorang datang kepada temannya yang sedang sakit darah tinggi dan berkata, “Jangan makan durian sebab itu bisa menyebabkan kamu tambah darah tinggi.” Kalau melihat seperti ini, kelihatannya orang ini perhatian sekali kepada temannya yang sedang menderita darah tinggi. Tetapi orang ini sendiri juga ada darah tinggi, ia sangat suka serta sering makan durian sendirian. Inilah yang dinamakan dengan munafik.

Gambaran di atas sama seperti yang dilakukan oleh kepala rumah ibadat. Kelihatannya ia peduli sekali, memperhatikan hukum Tuhan yang berkenaan dengan hari Sabat. Tetapi kenyataannya berbeda. Mungkin, kepala rumah ibadat ini sering juga melanggar hukum hari Sabat, tetapi mungkin karena ia seorang kepala rumah ibadat jadi ia bisa beralasan masuk akal. Itulah sebabnya Yesus katakan bahwa orang seperti ini adalah orang yang munafik.

Kata “munafik” berasal dari bahasa Yunani kuno, “hupokrites.” Kata ini sebenarnya merujuk kepada aktor yang bermain drama di teater. Dalam teater kuno di zaman Yunani, setiap aktornya menggunakan topeng yang menggambarkan watak dari peran yang diperankannya. Yang berarti tidak menunjukkan wajah yang sesungguhnya dengan tujuan untuk dipuji. Jadi, ada kemungkinan kepala rumah ibadat ini melakukan peneguran dengan tujuan supaya ia dipuji orang karena telah melakukan hukum Taurat (yakni hukum Sabat). Maka dari itu, Yesus katakan orang yang demikian adalah orang yang munafik. Yakni orang yang memakai topeng dengan tujuan untuk mendapatkan pujian. Padahal ada kemungkinan dirinya sendiri juga melakukan pelanggaran terhadap hukum Sabat (ay.17, ketika Yesus selesai menegur, dikatakan lebih lanjut bahwa “semua lawan-Nya merasa malu”).

Melalui Firman Tuhan pada hari ini, hendaknya kita belajar untuk tidak menjadi orang munafik; jadilah diri sendiri tanpa memakai topeng apa pun. Janganlah berpura-pura melakukan hukum Taurat padahal dirinya sendiri adalah pelanggar hukum Taurat.

STUDI PRIBADI : Apakah kita sering melarang orang lain melakukan sesuatu tetapi diri kita sendiri malah melakukannya? Ketika kita melakukan teguran kepada orang lain, apakah itu dengan tujuan supaya kita dipuji? Jika iya maka kita perlu berubah.

Pokok Doa : Berdoalah, mintalah hikmat Tuhan supaya memampukan kita untuk menampilkan wajah kita yang sesungguhnya tanpa memakai topeng. Kiranya Ia memampukan kita untuk sadar/peka jika Tuhan menegur. 

Sharing Is Caring :