Hormati Hari Sabat

“Lalu segenap umat menggiring dia ke luar tempat perkemahan, kemudian dia dilontari dengan batu, sehingga ia mati, seperti yang difirmankan Tuhan kepada Musa.” (Bilangan 15:36)



Bacaan hari ini: Bilangan 15:32-36 | Bacaan setahun: Bilangan 15-16

Bilangan 15:32-36 merupakan salah satu bagian Alkitab yang sulit dipahami. Hukuman yang Tuhan perintahkan atas pelanggaran hari Sabat tidak tanggung-tanggung: dirajam batu sampai mati. Ini tentu terdengar bengis dan tidak manusiawi. Tidakkah Allah terkesan sebagai “monster” haus darah seperti tuduhan seorang Ateis, Richard Dawkins?

Memahami bagian ini tentu tidak bisa dilepas dari konteksnya. Allah dan bangsa Israel telah mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kudus. Dalam perjanjian itu, Allah akan melakukan bagian-Nya, yakni: memberkati bangsa Israel, menjadikan mereka besar, memasyurkan nama mereka, dan membuat mereka menjadi berkat bagi segala bangsa. Untuk sampai pada tujuan ini, bangsa Israel harus hidup taat pada hukum-hukum Allah. Salah satu dalil yang masuk ke dalam perjanjian itu adalah menghormati dan menguduskan hari Sabat (Kel. 20:8-11, Kel. 31:16). Menghormati dan menguduskan hari Sabat adalah salah satu cara yang Tuhan tetapkan bagi umat-Nya untuk berelasi dengan-Nya dan membangun identitas sebagai satu bangsa yang kudus (Kel. 31:13). Sekalipun terdengar sepele di telinga orang modern, menghormati dan menguduskan hari Sabat menentukan nilai hidup dan cara hidup, serta moralitas dan spiritualitas umat Tuhan.

Dasar penetapan hari Sabat ini paling tidak berkaitan dengan tiga hal: 1). Hikmat dan kasih Tuhan dalam mengelola dan mengatur alam ciptaan-Nya (Kel. 20:8-11); 2). Pengalaman bangsa Israel yang diperbudak di Mesir (Ul. 5:12-15). Tuhan tidak ingin bangsa Israel melakukan kejahatan yang sama terhadap diri-Nya, sesamanya, maupun ternak mereka. Tujuan dari Sabat adalah peristirahatan dan pemulihan; pelanggaran terhadap Sabat sama dengan perbudakan dan penindasan; 3) Berkaitan dengan iman dan keberserahan hidup umat Tuhan. Istirahat pada hari ketujuh melatih umat Tuhan untuk sepenuhnnya beriman dan bergantung kepada pemeliharaan Tuhan (Kel. 16). Ketidakbersediaan berhenti pada hari Sabat dan kembali kepada Allah berarti peninggian diri, ketidakpercayaan, keserakahan, dan penolakan terhadap hukum-hukum Tuhan.

STUDI PRIBADI: Seberapa penting arti hari Sabat bagi Anda? Selama ini, bagaimana Anda memahami dan menghayati hari Sabat?

Berdoalah: Tuhan Allah Pencipta kami, tolonglah kami umat-Mu masa kini untuk benar-benar memahami esensi dari hari Sabat, serta bersedia untuk menghormati dan menghidupinya. 

Sharing Is Caring :