Hikmat Dan Pencemooh

“Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya.” (Amsal 9:8)



Pembahasan: Amsal 9:8 | Ayat Bacaan: Amsal 9:7-12

Pernahkan Anda menjumpai perbantahan di antara dua orang yang tidak kunjung usai? Lebih buruk lagi, perbantahan itu bukan mempertentangkan pokok perkara yang seharusnya, melainkan hanya saling menjelekkan atau saling menyerang kepribadian masing-masing. Saya yakin percekcokan demikian ini pada akhirnya hanya akan membawa keduanya pada perasaan dendam satu sama lain.

Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan, “Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya” (Ams. 9:8). Mengapa perdebatan atau percekcokan tidak pernah kunjung usai, tetapi justru semakin “membara” dan menimbulkan kebencian? Harus diakui, seringkali persoalannya terletak pada karakteristik orang yang sedang berdebat. Dalam nasihatnya, penulis Amsal menuliskan seorang yang disebutnya sebagai “pencemooh” (Ibr.: luts; Ing.: mocker). “Pencemooh” ini adalah orang yang memiliki kesombongan diri dan berkata-kata dengan congkaknya. Artinya, orang ini tidak pernah menyadari kesalahan atau kekurangannya, melainkan selalu melihat diri “benar.” Bagi pencemooh, orang lainlah yang bersalah. Jika kita berhadapan dengan orang semacam ini, maka nasihat kita tidak akan membuahkan kebaikan bagi dirinya maupun diri kita sendiri. Alasannya, nasihat baik yang kita berikan kepadanya tidak akan pernah dipandangnya sebagai sesuatu yang baik, apalagi jika nasihat yang kita berikan bernada teguran. Ia tidak akan berterima kasih, melainkan justru akan mencemooh kita. Itulah sebabnya penulis Amsal menasihatkan, “Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela” (Ams. 9:7).

Sebaliknya, jika kita mengecam orang bijak, maka kita akan dikasihinya. Orang bijak tidak memandang teguran sebagai sesuatu yang menghancurkan dirinya, melainkan sesuatu yang membuatnya semakin bijak. Baginya, teguran adalah sesuatu yang menuntunnya pada kebenaran, sehingga ia mengasihi orang yang menegurnya. Bagaimana dengan kita? Mau jadi orang seperti apakah kita?

STUDI PRIBADI: Mengapa orang yang disebut “pencomooh” tidak mudah dinasihati? Bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap sebuah teguran demi kebaikan kita?

Pokok Doa: Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka memiliki hati yang rehat dan bijak ketika mendapatkan teguran firman Tuhan atau orang lain.

×

Amsal 9 : 8

8 Janganlah mengecam seorang pencemooh, supaya engkau jangan dibencinya, kecamlah orang bijak, maka engkau akan dikasihinya,

×

Amsal 9 : 7

7 Siapa mendidik seorang pencemooh, mendatangkan cemooh kepada dirinya sendiri, dan siapa mengecam orang fasik, mendapat cela.

×

Mazmur 1 : 1

1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,

×

Mazmur 1 : 3

3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

×

Mazmur 150 : 2

2 Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!

×

Mazmur 90 : 11

11 Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?

×

Mazmur 88 : 7-8

6 (88-7) Telah Kautaruh aku dalam liang kubur yang paling bawah, dalam kegelapan, dalam tempat yang dalam.

7 (88-8) Aku tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku. Sela

×

Mazmur 88 : 9a

8 (88-9a) Telah Kaujauhkan kenalan-kenalanku dari padaku,

×

Mazmur 88 : 9b

8 (88-9b) telah Kaubuat aku menjadi kekejian bagi mereka. Aku tertahan dan tidak dapat keluar;

×

Mazmur 88 : 14

13 (88-14) Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu.

×

Mazmur 88 : 16

15 (88-16) Aku tertindas dan menjadi inceran maut sejak kecil, aku telah menanggung kengerian dari pada-Mu, aku putus asa.

×

Mazmur 88 : 17-18

16 (88-17) Kehangatan murka-Mu menimpa aku, kedahsyatan-Mu membungkamkan aku,

17 (88-18) mengelilingi aku seperti air banjir sepanjang hari, mengepung aku serentak.

×

Mazmur 88 : 19

18 (88-19) Telah Kaujauhkan dari padaku sahabat dan teman, kenalan-kenalanku adalah kegelapan.

×

Mazmur 88 : 2, 10

1 (88-2) Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau.

9 (88-10) mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada-Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu.

×

Mazmur 88 : 14-15

13 (88-14) Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu.

14 (88-15) Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku?

Sharing Is Caring :