“Semuanya ini telah menimpa kami, tetapi kami tidak melupakan Engkau, dan tidak mengkhianati perjanjian-Mu.” (Mazmur 44:18)
Bacaan hari ini: Mazmur 44:1-27 | Bacaan setahun: Mazmur 43-44
Mazmur 43
1 Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!
2 Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?
3 Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
4 Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!
5 Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Mazmur 44 : 1-27
Jeritan bangsa yang tertindas
1 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Nyanyian pengajaran. (44-2) Ya Allah, dengan telinga kami sendiri telah kami dengar, nenek moyang kami telah menceritakan kepada kami perbuatan yang telah Kaulakukan pada zaman mereka, pada zaman purbakala.
2 (44-3) Engkau sendiri, dengan tangan-Mu, telah menghalau bangsa-bangsa, tetapi mereka ini Kaubiarkan bertumbuh; suku-suku bangsa telah Kaucelakakan, tetapi mereka ini Kaubiarkan berkembang.
3 (44-4) Sebab bukan dengan pedang mereka menduduki negeri, bukan lengan mereka yang memberikan mereka kemenangan, melainkan tangan kanan-Mu dan lengan-Mu dan cahaya wajah-Mu, sebab Engkau berkenan kepada mereka.
4 (44-5) Engkaulah Rajaku dan Allahku yang memerintahkan kemenangan bagi Yakub.
5 (44-6) Dengan Engkaulah kami menanduk para lawan kami, dengan nama-Mulah kami menginjak-injak orang-orang yang bangkit menyerang kami.
6 (44-7) Sebab bukan kepada panahku aku percaya, dan pedangkupun tidak memberi aku kemenangan,
7 (44-8) tetapi Engkaulah yang memberi kami kemenangan terhadap para lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami Kauberi malu.
8 (44-9) Karena Allah kami nyanyikan puji-pujian sepanjang hari, dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syukur selama-lamanya. Sela
9 (44-10) Namun Engkau telah membuang kami dan membiarkan kami kena umpat, Engkau tidak maju bersama-sama dengan bala tentara kami.
10 (44-11) Engkau membuat kami mundur dari pada lawan kami, dan orang-orang yang membenci kami mengadakan perampokan.
11 (44-12) Engkau menyerahkan kami sebagai domba sembelihan dan menyerakkan kami di antara bangsa-bangsa.
12 (44-13) Engkau menjual umat-Mu dengan cuma-cuma dan tidak mengambil keuntungan apa-apa dari penjualan itu.
13 (44-14) Engkau membuat kami menjadi cela bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami.
14 (44-15) Engkau membuat kami menjadi sindiran di antara bangsa-bangsa, menyebabkan suku-suku bangsa menggeleng-geleng kepala.
15 (44-16) Sepanjang hari aku dihadapkan dengan nodaku, dan malu menyelimuti mukaku,
16 (44-17) karena kata-kata orang yang mencela dan menista, di hadapan musuh dan pendendam.
17 (44-18) Semuanya ini telah menimpa kami, tetapi kami tidak melupakan Engkau, dan tidak mengkhianati perjanjian-Mu.
18 (44-19) Hati kami tidak membangkang dan langkah kami tidak menyimpang dari jalan-Mu,
19 (44-20) walaupun Engkau telah meremukkan kami di tempat serigala, dan menyelimuti kami dengan kekelaman.
20 (44-21) Seandainya kami melupakan nama Allah kami, dan menadahkan tangan kami kepada allah lain,
21 (44-22) masakan Allah tidak akan menyelidikinya? Karena Ia mengetahui rahasia hati!
22 (44-23) Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba-domba sembelihan.
23 (44-24) Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami terus-menerus!
24 (44-25) Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu dan melupakan penindasan dan impitan terhadap kami?
25 (44-26) Sebab jiwa kami tertanam dalam debu, tubuh kami terhampar di tanah.
26 (44-27) Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami karena kasih setia-Mu!
Sebagai anak di tingkat Sekolah Dasar, saya beberapa kali bertengkar dengan teman saya, baik karena kesalahannya ataupun kesalahan saya sendiri. Hal tersebut tentu membuat guru saya selaku wali kelas melerai dan mendamaikan kami berdua. Tidak jarang, setelah itu orang tua kami dipanggil, diberikan pengertian serta pengarahan mengenai insiden yang terjadi. Satu perasaan yang saya ingat jelas adalah kelegaan ketika orang tua saya datang untuk membela saya dalam perkara tersebut. Saya tetap senang sekalipun ada hal buruk yang menanti setelah itu. Ya, benar, saya dimarahi, diingatkan untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.
Perasaan tersebut tidak tergambar dalam firman Tuhan ini. Seruan ratapan mazmur ini merupakan seruan umat Tuhan sebagai satu bangsa. Jelas terlihat dari isi Mazmur ini bahwa sang raja beserta rakyatnya dalam kondisi terpuruk. Selain terpuruk, Allah seakan diam akan kondisi mereka. Satu hal yang mereka percayai hanyalah tangan Allah yang berkuasa telah menolong mereka di masa lampau (ay. 2-9). Sayang, kejadian indah dan ajaib itu tidak lagi dirasakan, seolah Allah telah membuang mereka sebagai umat-Nya. Dengan teriakan keras, mereka mengungkapkan perasaannya yang hancur, terpuruk dan terhina akibat situasi buruk (ay. 10-17). Uniknya, pengalaman masa lampau bersama dengan Allah tetap menjadi sandaran untuk terus berharap kepada Allah, pemilik kehidupan. Mereka bertekad untuk tidak melupakan Allah dan menjaga kesetiaan mereka (ay. 18).
Firman hari ini mengingatkan kita pada kondisi Ayub. Satu pertanyaan besar kita: mengapa seorang anak Tuhan yang terus berjuang untuk setia, mengalami hal-hal buruk dalam hidupnya? Dalam keterbatasan kita, firman Tuhan memperlihatkan, pengalaman pribadi bersama Allah menjadi batu peringatan penting bagi kita untuk melangkah. Jika Ia adalah Allah yang telah menolong, menjadi pembela di masa lampau, bahkan memberi yang terbaik, masakan Ia tidak akan menolong kita pada masa kini maupun akan datang? Biarlah pengalaman kita bersama-Nya menjadi pengenalan yang benar akan pribadi Allah dan menjadi sandaran kita untuk terus berharap.
STUDI PRIBADI: Sudahkah pengalaman rohani bersama Allah menjadi momentum kita mengenal Allah secara pribadi? Apa penghalang utama persekutuan kita dengan Allah?
Pokok Doa: Berdoa agar dalam kesesakan, kita mampu untuk mengarahkan mata dan hati kepada Allah. Berdoa agar perkembangan setiap gereja dan yayasan Kristen semakin menjadi berkat di tengah masyarakat sekitar.